Sabtu, 16 Agustus 2014

MERDEKA....???

MERDEKA…!!! Mungkin disaat ini hanya bisa dipakai sebagai  ungkapan untuk  perayaan Hari Ulang Tahun Indonesia, saat ini 69 tahun yang lalu bertempat di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta Soekarno-Hatta membacakan teks Proklamasi sebagai tonggak kemerdekaan setelah dijajah 3.5 abad oleh imperialis Belanda. Beribu bahkan berjuta pahlawan-pahlawan kita meregang nyawa berjuang mengorbankan jiwa dan raganya demi sebuah kata MERDEKA.

Kini 69 tahun setelah kata MERDEKA itu diteriakkan kita masih jauh dari kata merdeka atau mandiri, Indonesia Negara yang Negara Indonesia subur, kaya, dan makmur. Air berlimpah, sapi banyak, jeruk apalagi. Kita kaya tetapi miskin mental. Mental bangsa ini adalah mental import. Mental bangsa yang tidak pernah percaya diri dengan produk sendiri. Jika kita bisa mengisi perut dengan hasil dari ladang sendiri? Mengapa harus membeli dan memperkaya orang lain? Padahal negara kita sendiri masih “miskin” tetapi terus memperkaya negara tetangga. Toh barang import belum tentu kualitasnya lebih bagus bila dibandingkan dengan barang dalam negeri. Sebaiknya dipikirkan berkali-kali jika ingin mengimport produk/makanan yang negara sendiri punya. Kita bisa lihat kasus yang terjadi saat ini. Masih banyak busung lapar, angka kemiskinan dan kesehatan masih sangat rendah. Sebenarnya jika kita melihat kembali dari aspek SDA dan SDM, kita dapat merubah cap “miskin” bangsa kita ini menjadi bangsa yang benar-benar kaya. Dengan adanya SDA, pasti dibutuhkan SDM untuk mengolah SDA. Dengan begitu, bukan saja SDA yang dimanfaatkan tetapi SDM juga dimanfaatkan dan jiwa nasionalisme Indonesia tidak akan pernah mati dibunuh oleh kata import karena semua kebutuhan dapat dipenuhi sendiri. Jika kita benar-benar menggunakan alam kita untuk pemenuhan sendiri, bangsa ini tidak akan pernah di cap bangsa yang tidak mandiri. SDM dan SDA benar-benar dimanfaatkan dan bangsa ini akan benar-benar bangkit dan merasakan makna kebangkitan nasional.
Banyak kalangan yang menyatakan bahwa Indonesia masih belum merdeka. Masih dijajah oleh yang namanya kapitalisme asing. Mungkin pendapat itu ada benarnya atau pendapat itu memang benar.
Coba perhatikan! Di masyarakat sekarang apa yang berbau-bau asing atau produk dari perusahaan asing itu yang sudah dianggap benar atau baik. Dari pakaian, gaya hidup, makanan, minuman, arsitek rumah, dan lain-lain. Bahkan tanpa sadar bahwa demokrasi yang selama ini yang kita agung-agungkan juga berbau asing.
Dan kapitalisme adalah sistem terselubung asing dalam menguasai suatu bangsa. Perhatikan lagi produk-produk yang beredar di masyarakat! Tanpa disadari semuanya produk dari perusahaan asing atau perusahaan asing yang buka usaha di indonesia. Sumber daya alam yang seharusnya dikuasai sepenuhnya oleh negara, telah dikuasai oleh fihak-fihak asing.
Ekonomi dikuasai oleh segelintir orang. Rakyat dijadikan budak mesin yang harus bekerja keras 24 jam. Harus bayar cicilan ini, cicilan itu. Harus bayar biaya sekolah anak yang tidak murah harganya. Belum lagi lewat iklan di televisi kita dirayunya untuk sesuatu yang sebenarnya kita perlukan.
Dan kapitalisme asing sekarang ternyata lebih kejam dari penjajahan belanda. Coba pikirkan! Pemerintah Belanda dulu hanya menjajah tanah bangsa Indonesia, yang mana tanah tersebut dijadikan perkebunan, ditanami teh, kopi, rempah-rempah dan lain-lain. Lalu hasilnya dijual Belanda ke pasar internasional.
Sedangkan Kapitalisme sekarang telah menjajah nusantara secara menyeluruh. Beda dengan Belanda yang hanya menjajah tanah atas, kapitalismen sekarang menyikat apa yang ada di dalam tanah. Timah, besi, emas, batubara, dan lain-lain.
Belanda tidak menjajah sosial dan agama. Kerajaan-kerajaan di Nusantara tidak dibubarkan dan dirampas. Raja-rajanya tidak dibunuh. Saat itu aturannya, semua kerajaan di nusantara di bawah kerajaan belanda. Sejarah yang tidak pernah diajarkan di sekolah-sekolah. Jika Belanda menghancurkan semua kerajaan di Nusantara, maka kita tidak tidak akan kenal kerajaan-kerajaan yang ada di daerah kita masing-masing. Seperti jogja, banjar, mataran, dll. Malah demokrasi sekarang ini membuat kerajaan-kerajaan menjadi menghilang.
            Sistem kapitalisme sangat pintar, mereka ciptakan satu sistem yang membuat rakyat Indonesia dijadikan bangsa yang konsuntif dan boros. Otak kita ini telah dicuci, sehingga kita tidak tahu lagi yang benar. Otak terputar 180 derajat. Sesuatu yang seharusnya baik, kini kita anggap tidak baik. Sedang sesuatu yang seharusnya tidak baik, kita anggap sesuatu yang baik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar