Tuak berasal dari pohon enau dan kelapa yang di ambil air niranya, kemudian difermentasikan dengan "lau" (serabut kelapa yang dikeringkan atau kayu pohon bayur) sehingga menjadi putih dan kadang juga kita temukan warna yang agak kemerahan, menimbulkan bau yang khas, dan menimbulkan selera bagi para pecinta minuman ini.
Berdasarkan penelitian para ahli, tuak merupakan minuman yang memiliki kadar alkohol rendah, lebih rendah dari bir dan anggur. Tuak pada dasarnya berguna untuk membuat kondisi seseorang tenang karena mampu menekan syaraf sentral konsumennya. Tetapi jika menengguk melebih porsi yang seharusnya maka orang yang mengkonsumsi tuak akan menjadi mabuk dan tak mampu mengendalikan diri.
Meski pada umumnya tuak disinyalir menjadi pemicu pertikaian karena banyak orang mabuk jika meminumnya, tetapi orang Bali tidak akan pernah lepas dari minuman ini. Tuak adalah ikon budaya di Bali.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai minuman ini kami ingin berbagi informasi tentang tuak yang telah kami kumpulkan dari berbagai sumber;
1. Pohon penghasil Tuak (Enau/aren) merupakan pohon multi fungsi.
Petani Tuak |
2. Proses pembuatan tuak yang panjang dan rumit.
Proses pembuatan Tuak |
3. Acara adat tanpa Tuak rasanya hambar.
Tradisi metuakan |
Tuak memang memabukan, tetapi karena kandungan yang terdapat dalam tuak berfungsi untuk menenangkan ketegangan syaraf dan saat orang mabuk tuak cenderung ngantuk dan lemas maka jarang terjadi keributan akibat dari minum tuak tersebut. Sebaliknya akan mempererat persahabatan dan kekeluargaan.
Sekarang tergantung bagaimana kita menikmatinya, tuak mampu memutar pekonomian di pedesaan nilai ekonomi pohon aren ini memberikan penghidupan bagi petani-petani tuak.
Sebagian peminum Beer telah beralih minum tuak selain murah, para peminum juga mempunyai rasa idealisme yang tinggi untuk memajukan petani lokal dari pada menambah pundi-pundi para cukong besar yang memproduksi Bir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar